Nanti malam (tahun baru) bisa jadi merupakan salah satu "ujian" bagi orang tua.
Pembuktian keimanan dan sarana mengamalkan ilmu yang dimiliki.
A. Menjaga Diri Sendiri Dan Keluarga.
Allah 'Azza Wa Jalla berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian dan keluarga-keluarga kalian dari api neraka..” (QS at-Tahrim: 6)
Mungkin kita sudah tahu.
Tidak perlu merayakan tahun baru, tetapi bagaimana dengan anak kita...?
Atau mungkin anak kita sudah paham.
Larangan mengikuti jalan kaum kuffar, namun bagaimana dengan kawan-kawan dan sepupunya...?
B. Bisa Ikut Kawan.
Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam bersabda,
المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل
“Agama seseorang bersesuaian dengan agama kawan dekatnya.
Maka hendaklah kalian melihat siapa yang menjadi kawan dekatnya...”
(Shahih; HR. Abu Daud, at-Tirmidzi, Silsilah ash-Shahihah: 927 al-Albani)
Bila mereka tidak tahu, sampaikan.
Jika mereka lupa, ingatkan..
C. Tetap Ingkari.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ
"Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran maka hendaknya ia merubahnya dengan tangannya,
bila ia tidak sanggup maka dengan lisannya,
jika ia tidak mampu maka dengan hatinya
Dan itulah (mengingkari dengan hati) selemah-lemah keimanan..." (HR. Muslim: 49)
Keluarga ada di bawah kendali dan tanggung jawab kita.
Maka hendaklah mengingkari kemungkaran dengan kemampuan yang terbesar dampaknya.
Paling rendahnya, hati tidak menyetujui..
Bila ternyata malah ikut menikmati, lalu apa jadinya iman kita ini..?
@sahabatilmu
Pembuktian keimanan dan sarana mengamalkan ilmu yang dimiliki.
A. Menjaga Diri Sendiri Dan Keluarga.
Allah 'Azza Wa Jalla berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian dan keluarga-keluarga kalian dari api neraka..” (QS at-Tahrim: 6)
Mungkin kita sudah tahu.
Tidak perlu merayakan tahun baru, tetapi bagaimana dengan anak kita...?
Atau mungkin anak kita sudah paham.
Larangan mengikuti jalan kaum kuffar, namun bagaimana dengan kawan-kawan dan sepupunya...?
B. Bisa Ikut Kawan.
Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam bersabda,
المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل
“Agama seseorang bersesuaian dengan agama kawan dekatnya.
Maka hendaklah kalian melihat siapa yang menjadi kawan dekatnya...”
(Shahih; HR. Abu Daud, at-Tirmidzi, Silsilah ash-Shahihah: 927 al-Albani)
Bila mereka tidak tahu, sampaikan.
Jika mereka lupa, ingatkan..
C. Tetap Ingkari.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ
"Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran maka hendaknya ia merubahnya dengan tangannya,
bila ia tidak sanggup maka dengan lisannya,
jika ia tidak mampu maka dengan hatinya
Dan itulah (mengingkari dengan hati) selemah-lemah keimanan..." (HR. Muslim: 49)
Keluarga ada di bawah kendali dan tanggung jawab kita.
Maka hendaklah mengingkari kemungkaran dengan kemampuan yang terbesar dampaknya.
Paling rendahnya, hati tidak menyetujui..
Bila ternyata malah ikut menikmati, lalu apa jadinya iman kita ini..?
@sahabatilmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar