Pernah mengikuti arisan…?
Secara umum arisan diperbolehkan selama tidak ada unsur gharar (penipuan), pengurangan hak, dan lainnya dari sisi syariat.
Namun ada satu arisan yang dilarang selama-lamanya, yaitu arisan keyakinan.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ (1) لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ (2) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (3) وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ (4) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (5) لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ (6)
“Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
Dan kamu bukanlah penyembah Tuhan yang aku sembah.
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
Bagimu agamamu, dan bagiku, agamaku” (QS. al-Kaafirun: 1-6)
Ada banyak penegasan di surat ini.
Berupa pengulangan ayat, juga penutup yang sangat lugas:
“Bagimu agamamu, dan bagiku agamaku...”
Imam Ibnu Jarir ath-Thabari, Ibnu Katsir dan banyak ahli tafsir rahimahumullah menyampaikan asbabun nuzul (sebab turunnya) ayat ini:
Dahulu orang-orang musyrik dengan kebodohannya, mereka meminta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam agar beliau mau menyembah sesembahan-sesembahan mereka selama setahun.
Kemudian..
Nanti bergantian mereka akan menyembah Rabb yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sembah (Allah) selama setahun berikutnya.
Maka turunlah ayat ini. Wallahu a’lam..
Itulah arisan keyakinan.
Saat ini orang kafir berkata,
“Kita toleransi dalam berhari raya…”
“Hari ini ku ucap selamat Idul Fitri, besok kau harus menyampaikan selamat Natal padaku…”
Ingat...
Seorang Muslim hanya mengakui satu sesembahan yang hak, yaitu Allah.
Tidak mendua apalagi tiga (trinitas)
Maka tidak selayaknya kaum Muslimin turut dalam Natal, walau hanya sekedar mengucap selamat.
@sahabatilmu
Secara umum arisan diperbolehkan selama tidak ada unsur gharar (penipuan), pengurangan hak, dan lainnya dari sisi syariat.
Namun ada satu arisan yang dilarang selama-lamanya, yaitu arisan keyakinan.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ (1) لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ (2) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (3) وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ (4) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (5) لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ (6)
“Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
Dan kamu bukanlah penyembah Tuhan yang aku sembah.
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
Bagimu agamamu, dan bagiku, agamaku” (QS. al-Kaafirun: 1-6)
Ada banyak penegasan di surat ini.
Berupa pengulangan ayat, juga penutup yang sangat lugas:
“Bagimu agamamu, dan bagiku agamaku...”
Imam Ibnu Jarir ath-Thabari, Ibnu Katsir dan banyak ahli tafsir rahimahumullah menyampaikan asbabun nuzul (sebab turunnya) ayat ini:
Dahulu orang-orang musyrik dengan kebodohannya, mereka meminta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam agar beliau mau menyembah sesembahan-sesembahan mereka selama setahun.
Kemudian..
Nanti bergantian mereka akan menyembah Rabb yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sembah (Allah) selama setahun berikutnya.
Maka turunlah ayat ini. Wallahu a’lam..
Itulah arisan keyakinan.
Saat ini orang kafir berkata,
“Kita toleransi dalam berhari raya…”
“Hari ini ku ucap selamat Idul Fitri, besok kau harus menyampaikan selamat Natal padaku…”
Ingat...
Seorang Muslim hanya mengakui satu sesembahan yang hak, yaitu Allah.
Tidak mendua apalagi tiga (trinitas)
Maka tidak selayaknya kaum Muslimin turut dalam Natal, walau hanya sekedar mengucap selamat.
@sahabatilmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar