10.26.2013

Memahami Psikologi seseorang:



1. Kalau seseorang banyak tertawa, walaupun hal-hal bodoh, itu tandanya dia orang yang sangat kesepian.
2. Kalau orang banyak tidur, berarti dia sedang bersedih.
3. Kalau seseorang sedikit berbicara, tapi sekalinya ngomong cepet, ia orang yang menjaga rahasia atau sedang ada rahasia.
4. Kalau seseorang sulit atau tidak bisa menangis, ia adalah orang yang lemah.
5. Kalau seseorang makan dengan cara terburu-buru, gelagapan, ia sedang tegang atau gugup.
6. Kalau seseorang mudah menangis atau tersentuh hatinya walaupun karena hal kecil, maka ia orang yang baik dan berhati lembut.
7. Kalau orang mudah marah walaupun terhadap hal yang remeh, berarti ia butuh cinta.

Cobalah untuk mengerti orang lain.
*copas status mas nurfitri hadi

10.17.2013

Crowded..fullDay..Waktu saya habis dikampus ~~



Ada dua kampus yang sekarang terjelajahi, kampus atas dan bawah (diJogja). Aktivitas saya dikampus atas mulai meningkat seiring dengan tawaran yang saya terima sebagai asisten dosen (lagi), beban juga sih. Jadi dikampus sekalinya nyapa pasti yang ditanya “mba..tugas ini gimana mb?, kapan dikumpul mb? Boleh minta tenggang waktu gak?, saya gak ngerti bagian ini maksudnya apa?, bagaimana yah mb kmarin saya gak masuk?”. Hmm, sepertinya jarang mahasiswa yang tanya kabar kesehatan saya atau sekedar pertanyaan ringan, sepertinya diatas kepala saya ini seolah-olah ada tulisan segede gaban tentang DEADLINE.
Kalau ketemu temen seangkatan atau yaah minimal beda satu dua angkatan sering ngeledekin dengan sebutan “ibu dosen”, duh duh.. beban sekali ilmu yang cetek ini dipanggil seperti itu, belum lagi pihak jurusan yang sering ngeggodain juga dipanggil ibu tapi gak ada bapak (baca suami).
Menurut teman-teman saya sih, hal ini sebuah do’a, bahkan suatu hal yang recommended buat menambah daftar kursi+meja baru dosen di jurusan. Hhm, kalau udah dinasihatin begini jadi serba salah. Do’a ini memang saya harapkan duluuuuuu…ketika saya masih jahil, masih smangat study oriented, smangat ikut penulisan paper sana-sini, smangat mengejar dunia, duluuuu sekali ketika saya masih belum mengenal manhaj yang mulia ini. Sekarang sih… do’a itu tidak terlalu jadi prioritas bahkan membayangkannya pun takut, sibuk kerja dengan pakaian syar’I rasannya duuh malu pisan.
Dulu ketika mengajar dikelas menjadi kesenangan buat saya, menurunkan ilmu dan mengamalkan ke teman-teman. Tapi sekarang, bukan ilmu duniawi yang saya harapkan, bukan lagi, saya berharap ilmu akhirat saya yang terus mengalir buat teman-teman saya. Apalah arti ilmu dunia yang tak sampai dibawa ke akhirat.
Doa’ yang saya harapkan dari lisan teman-teman, do’a yang seharusnya terwujud ketika saya sudah mengenal manhaj yang mulia ini, do’a agar dijadikan sebagai istri sholehah yang bisa mendidik generasi islam. Simple tapi maknanya bagi saya sangat mendalam.

Kita gak tau, skenario Allah seperti apa.. kita hanya berdo’a, berharap ada jawaban terbaik yang telah Allah siapkan dan tentunya disertai dengan usaha.


10.16.2013

Ilmu tidak bisa didapat dengan badan yang santai ~ imam syafi’i



Kuliah memang amanah, tapi jangan jadikan kesibukan kuliah sebagai halangan dalam belajar ilmu agama. Ada 24 jam waktu dalam sehari, kalau kita mau memanfaatkan semaksimal mungkin. Tidur 2 jam, 1 jam bahkan tidak tidur seharipun itu hal biasa, gak buat kita mati, atau sakit parah. Mungkin yang membuat sakit, karena kita yang terbiasa santai, kita yang tidak terbiasa memporsir tenaga kita.
Kita yang terlalu santai memanfaatkan waktu.. berapa waktu kosong yang terbuang dari sekedar memikirkan akan ketakutan masa depan kita. Allah memang memerintahkan tawakal tapi bukan berarti qt tidak berusaha.
5 menit bisa dimanfaatkan untuk sekedar menghafal, membaca sebaris ayat, atau satu matan hadist pun cukup. Bahayanya kalau memang sedikit-sedikit topiknya tentang nikah, ta’aruf, anak, padahal punya anak aja belum ~~. Banyak topik menarik ketika bertemu pertanyaan seputar jalur riwayat hadist ini, sanad dari hadist, atau pembahasan seputar materi kajian.. itulah indahnya taman-taman penuntut ilmu (syar’i).
Lantas, bagamana dengan nasib kita yang mahasiswa ini??.
Banyak contoh ulama yang backgroundnya bukan dari ilmu agama, ulama syaikh musthafa al-adawi, beliau backgroundnya teknik mesin, tapi bisa jadi ulama bahkan buku-bukunya recommended. Di Indonesia ada ustadz Abduh Tuasikal, backgroundnya teknik Kimia, tapi beliau bisa nulis kitab dan menurunkan ilmu (agama) ketika beliau belajar di KSA, bahasa arabnya juga fasih. Lantas kenapa kita gak bisa???.
Jawabnya gampang, karna kita belum maksimal memanfaatkan waktu yang sedikit ini untuk menyibukan diri dalam ilmu agama.
Jangan terlalu larut dengan dunia…
Jangan terlalu risau dengan rezeki..
Bergantung.. bergantunglah kepada Allah..
 ingat hakikat tauhid yang mulia, dan jangan bosan mempelajari tauhid..
Saya sangat menyesal, betapa bodohnya diri ini yang dulu menyia-nyiakan kesempatan dengan alasan duniawi. Semakin studie oriented semakin keras hati ini. Ilmu-ilmu dasar fiqh, ushul fiqh, mustahalah-hadits, aqidah, ushul tafsir pun di kesampingkan karna “pantang B”…

Allahul musta’an..
Semoga hati ini tidak terpalingkan karena dunia..


Semangat menuntut ilmu.. ibadah jangan lupa bekerja.

Dipenghujung malam dengan segepok deadline ^^
Inspired from chitchat last nite @pondok aisyah

10.12.2013

Pintu Ilmu


Teringat candaan Ustadz Abdul Hakim Abdat hafizhahullahu ta'ala beberapa tahun lalu.
katanya,"Baru bisa bahasa Arab itu biasa, ga istimewa. Jangan Sombong dulu. Di Arab sana banyak yang bisa bahasa Arab."

Seketika itu juga banyak jama'ah yang tertawa, mungkin dalam hati mereka seolah mengatakan : ya iyalah ustadz, namanya juga orang Arab.

Namun bukan itu yang ustadz maksudkan, karena selanjutnya beliau berkata,
"Di Arab itu banyak orang bisa bahasa Arab, tapi ga semuanya jadi ulama. Kalo mau jadi ulama itu harus dilanjutin dengan belajar, dan belajar. Baca itu kitab ulama. Pelajari. Itu yang nantinya membedakan antum dengan orang Arab yang ga belajar. Mereka bacanya koran, antum bacanya kitab. Terus belajar, itu baru istimewa"

Masya Allah.
Terkadang kita baru belajar huwa huma hum aja udah banyak gaya.

Benar lah kata seorang salaf :
Pintu ilmu itu ada 3 :
- masuk pintu pertama, biasanya orang akan sombong
- masuk pintu kedua, dirinya mulai tawadhu'
- masuk pintu ketiga, barulah sadar bahwa dirinya tidak mengetahui apa-apa

Sedang di pintu mana diri kita?

10.09.2013

ATAS NAMA TAARUF


MUNGKIN SALAH SEORANG IKHWAN AKAN BERTANYA…” Mengapa wanita begitu selektif memilih orang yang akan taaruf..”
maka..akhwat akan menjawab:
suami kami nanti kelak akan menjadi pemimpin kami…
akan kami layani kebutuhannya….
akan kami tunggu kehadirannya…
akan kami berikan jiwa kami…raga kami….
bagaimana mungkin kami lalai dalam memilih calon suami…meski hanya dalam rangka taaruf…??
suami kami nanti akan menjadi pembimbing agama kami…penjaga kami…pelindung kami…
bagaimana mungkin kami akan gegabah dalam menentukan pilihan…meski hanya sebatas tukaran biodata..??
mentaati suami kami adalah salah satu jalan kami ke surga…
ketaatan pada suami adalah lambang keshalehan kami….
bagaimana mungkin kami akan cepat memutuskan siapa pilihan kami meski hanya sebatas kata…”baik saya setuju…taarufan…”
ya akhi….saudaraku…para ikhwan….
JANGAN TAWARKAN KEISENGAN ATAS NAMA TAARUF PADA KAMI…!!!!!
KETAHUILAH…KAMI ADALAH WANITA YANG BERBEDA…!!!!!
Akhwat yang mengajukan gugatan ta’aruf…
Tatkala seorang Akhwat susah mencari jodoh atau saat di Tolak ikhwan…
Tatkala Akhwat taarufnya di tolak ikhwan, buang jauh-jauh rasa kecewa, harus siap menerima dengan keikhlasan, kesabaran, qana’ah, beriman dengan qadha Dan Qadharnya Allah..
Ikhwan yang mengajukan gugatan ta’aruf…
Tatkala seorang Ikhwan susah mencari jodoh atau saat di Tolak Akhwat …
Tatkala Ikhwan di tolak Akhwat, buang jauh-jauh rasa kecewa, harus siap menerima dengan keikhlasan, kesabaran, qana’ah Dan beriman dengan qadha Dan Qadharnya Allah..
Kedua fenomena itu banyak terjadi Dan akan selalu terjadi, kita harus bijak menanggapi, kita harus mencari ilmu yang mesti dipelajari.
Yang celaka Adalah hamba penampilan, hamba bangsawan, hamba dinar …
Yang selamat Adalah hamba Allah yang mengutamakan Tauhid Dalam hidupnya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
Katakanlah: “Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang musyrik.”
Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Qs. Al Anaam 161-162)

10.08.2013

Kalau Memang Antum 'Udah Ngaji'


copas dari fb seorang ikhwan.. mudah2an barokah..


Kalau memang antum itu orang yang 'udah ngaji', maka peliharalah ilmu yang antum dapat dari kajian. Minimal ada usaha mengingat, atau muraja'ah, atau menghafal, atau menulis ulang faedah.

Kalau memang antum itu orang yang 'udah ngaji', lebihkan porsi membicarakan ilmu kajian dan bukan malah kebanyakan berbicara pengajiannya, apalagi cuma membicarakan pengkaji atau pematerinya. 

Kalau memang antum itu orang yang 'udah ngaji', jangan merasa keudahngajian berarti kesalehan begitu saja. Apalagi merasa pengajian lain yang tidak antum hadiri mesti kurang bagus, karena antum mengira kajian yang antum hadiri pasti selamat, pematerinya mu'tabar, recommended dan masyhur. 

Kalau memang antum itu orang yang 'udah ngaji', buktikan pada diri sendiri dulu memangnya antum ketika keluar selesai ngaji ilmunya tetap exist? Atau yang exist malah obrolan dekorasi, manhaj pemateri, kelakuan hadirin, dan hal lain yang bukan tujuan diadakannya pengajian.

Kalau memang antum itu orang yang 'udah ngaji', bukan berarti membeda-bedakan diri dengan kalangan yang 'ga ngaji', menyebut mereka 'awam' dan 'muqallid' padahal kedua karakter itu juga 'antum-banget', sehingga memandang orang yang ga ngaji bukan dengan pandangan harapan agar kelak mereka bakal ngaji juga, tapi dengan pandangan 'loe - gue: END!'

Kalau memang antum itu orang yang 'udah ngaji', jangan merasa alim begitu saja. Nice, antum boleh bicara banyak tentang agama di depan orang-orang yang ga ngaji hingga seolah paling pintar antum ini. Tapi ketika berdiskusi dengan ikhwah sepadan, atau ikhwah yang antum tuding hizby, non-Ahlus Sunnah, atau hingga Ahlul Bid'ah, justru kebalik, yang kelihatan sudah ngaji adalah mereka, dan yang kelihatan belum ngaji adalah antum. Maka, bicarakan ilmu yang dibahas di pengajian, bukan bicarakan individu yang bukan tujuan antum ikut kajian.

Kalau memang antum itu orang yang 'udah ngaji', antum perlu muhasabah juga bahwa manusia itu dzaluum dan jahuul. Bisa jadi antum berbuat lalim atau jahil. Jadi, jangan sombong dengan keudahngajian. Wong yang sudah dilantik umat sebagai ulama atau ustadz saja ga boleh sombong, apalagi yang dilantik menjadi thalib saja belum layak?! 

Kalau memang antum itu orang yang 'udah ngaji', jangan ngira pengajian yang bener itu cuma pengajian golongan antum aja, atau yang direkomendasikan orang-orang sepemikiran antum aja. Kajian itu ga cuma bertema manhaj doank. Ada kajian fiqh. Ada kajian Ushul Fiqh. Ada kajian akhlaq. Ada kajian Nahwu. Dan ustadz yang shaleh, berilmu dan benar sirahnya bukan ustadz antum aja. Sebagaimana yang shaleh, berilmu dan benar sirahnya ya bukan antum aja. Itupun jika memang antum itu shaleh, berilmu dan benar sirahnya. Jika tidak?!

Coba antum minimalisir membahas perkara kajian, dekorasi, ustadz, manhaj ustadz, musuh ustadz, perbedaan opini ustadz, komentar2 status ustadz, dan apalah itu lagi. Malu coba sama diri sendiri, capek-capek bermanhaj ternyata capeknya cuma pada perbincangan beginian. Apa jangan2 orang bermanhaj shahih itu adalah orang yang mahir membicarakan pemateri, ustadz, jumlah peserta dsb? Memalukan, memilukan dan memualkan.

Juga panitia kajian, antum itu jangan mentang-mentang sudah berjasa jadi panitia, lalu merasa tidak usah lagi repot mendengarkan pemateri, mencatat faedah dan cukup menikmati pemandangan hasil kerja saja? Kalau antum begitu, ya mirip sekali dengan penjual buku agama yang tahu judul, penulis dan harga buku tapi ga pernah mau tahu dan ga mau baca isinya sampai pinter, karena saking matrenya dan ga doyan ilmu. Bencananya, orang mengira dia pasti faham banyak isi kitab. Sama kayak panitia yang sering repot menyelenggarakan kajian, tetapi perhatiannya cuma di kuantitas hadirin, microphone, income, karpet, kipas angin dan perbincangan paling supernya hanyalah 'Ustadz fulan Ahlus Sunnah atau bukan?'

Tentang Kami (santri ma'had 'ilmi)


angkatan X tahun ajaran; 2013/2014
copas dari www.mahadilmi.com
Kami adalah mahasiswa-mahasiswa dari berbagai daerah yang tengah menempuh kuliah di Jogjakarta. Sebagian besar kuliah di UGM, tapi juga ada yang kuliah di UNY, UAD,  STTN, dan lain sebagainya.
Di zaman seperti sekarang ini yang penuh dengan fitnah, dimana terdapat banyak anak muda yang sama sekali tidak memperdulikan agamanya, ataupun kawula muda yang sangat semangat dalam memperhatikan agamanya namun dia berjalan di atas jalan yang salah, kami bersyukur mendapatkan hidayah dari Allah ‘azza wa jalla -yang di tangan-Nya-lah seluruh hidayah makhluk- untuk menuntut ilmu Syar’i disamping kesibukan kuliah kami. Kami bersyukur dapat menimba ilmu yang diwariskan oleh Rasulullah, para shahabat, dan generasi salafush shalih yang telah mendahului kita melalui karya-karya para ulama’. Kami sebelumnya terkungkung dalam kegelapan dan kebodohan terhadap ilmu agama sehingga kami bersyukur dengan keadaan kami saat ini dimana kami jadi mengetahui ini tauhid, ini syirik, ini sunnah ini bid’ah, meskipun secara praktek kami mengakui masih banyak kekurangan. Akan tetapi, semoga Allah menambah petunjuk kepada kami setelah petunjuk yang telah ada dan diberi taufik untuk melaksanakan petunjuk tersebut.
Di saat mahasiswa lain menghabiskan waktu di bioskop-bioskop, di game center- game center, di mall-mall, ataupun tempat-tempat lainnya, alhamdulillah kami diberi taufik dari Allah untuk duduk di masjid, mendengarkan ilmu yang disampailan oleh guru – guru dan ustadz -ustadz kami yang sudah kami anggap sebagai orang tua kami disini – semoga Allah senantiasa menjaga mereka dan menambahkan ilmu kepada mereka-. Bukan maksud kami untuk membanggakan diri, akan tetapi kami hanya menceritakan kebahagiaan yang kami rasakan kala kami menuntut ilmu supaya kaum muslimin yang lain turut serta merasakan kebahagiaan yang kami rasakan.
Adakah kebaikan yang lebih bermakna bagi kami, yang bisa meninggalkan rokok, meninggalkan musik, meninggalkan pacaran, dan hal-hal yang sudah menjadi kebiasaan umumnya kawula muda? Sungguh hal ini merupakan nikmat yang besar.
Kami hanya berdo’a semoga Allah ‘azza wa jalla senantiasa menjaga hati-hati kami dalam ketaatan, semoga nikmat yang besar ini – nikmat bermanhaj salaf dan menuntut ilmu agama- terus dicurahkan kepada kami sampai Allah memisahkan kami dari kehidupan dunia yang fana ini.