Sebagian kita sebenarnya tidak ingin menghadiri acara yang "aneh-aneh" dan menyelisihi syariat
Tapi karena sudah diundang, ga' enak kalau ga' datang.
A. Sungkan Segan.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda dalam khutbahnya,
أَلَا لَا يَمْنَعَنَّ رُجُلًا هَيْبَةُ النَّاسِ أَنْ يَقُوْلَ بِحَقٍّ إِذَا عَلِمَهُ
"Ingatlah, janganlah sekali pun rasa segan kepada manusia menghalanginya untuk mengatakan kebenaran apabila ia mengetahui.
Abu Sa'id al-Khudri radhiyallahu 'anhu menangis kemudian berkata,
"Sungguh, demi Allah, kita melihat banyak perkara lalu kita pun segan..."
Dalam riwayat Ahmad terdapat tambahan,
فَإِنَّهُ لَا يُقَرِّبُ مِنْ أَجَلٍ وَلَا يُبَاعِدُ مِنْ رِزْقٍ أَنْ يُقَالَ بِحَقٍّ أَوْ يُذْكَرَ بِعَظِيْمٍ
"Sesungguhnya hal itu tidak mendekatkan kepada ajal kematian dan tidak pula menjauhkan dari rezeki.
Apabila ia mengucapkan yang benar maupun mengingatkan suatu perkara yang besar.."
(Shahih: HR. Ahmad, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Silsilah ash-Shahihah: 168 al-Albani)
B. Ridha Dan Murka Siapa?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ
“Barangsiapa yang menggapai keridhaan Allah saat manusia tidak suka, maka Allah cukupkan dia dari beban manusia.
وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ وَكَلَهُ اللَّهُ إِلَى النَّاسِ
Dan barangsiapa yang meraih keridhaan manusia dengan kemurkaan Allah, maka Allah akan serahkan dia bergantung pada manusia…”
(Shahih, HR. at-Tirmidzi: 2414, Ibnu Hibban: 276)
Jadikan ketentuan Allah sebagai acuan.
Bukan karena sungkan ga' enakan.
Paman Nabi shallallahu 'alahi wasallam tidak jadi masuk Islam karena ga' enakan terhadap kaumnya.
Ingatlah...
Kita sendiri yang akan bertanggung jawab atas setiap amal perbuatan.
Bukan mereka yang kita jadikan ga' enakan...
@sahabatilmu
Tapi karena sudah diundang, ga' enak kalau ga' datang.
A. Sungkan Segan.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda dalam khutbahnya,
أَلَا لَا يَمْنَعَنَّ رُجُلًا هَيْبَةُ النَّاسِ أَنْ يَقُوْلَ بِحَقٍّ إِذَا عَلِمَهُ
"Ingatlah, janganlah sekali pun rasa segan kepada manusia menghalanginya untuk mengatakan kebenaran apabila ia mengetahui.
Abu Sa'id al-Khudri radhiyallahu 'anhu menangis kemudian berkata,
"Sungguh, demi Allah, kita melihat banyak perkara lalu kita pun segan..."
Dalam riwayat Ahmad terdapat tambahan,
فَإِنَّهُ لَا يُقَرِّبُ مِنْ أَجَلٍ وَلَا يُبَاعِدُ مِنْ رِزْقٍ أَنْ يُقَالَ بِحَقٍّ أَوْ يُذْكَرَ بِعَظِيْمٍ
"Sesungguhnya hal itu tidak mendekatkan kepada ajal kematian dan tidak pula menjauhkan dari rezeki.
Apabila ia mengucapkan yang benar maupun mengingatkan suatu perkara yang besar.."
(Shahih: HR. Ahmad, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Silsilah ash-Shahihah: 168 al-Albani)
B. Ridha Dan Murka Siapa?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ
“Barangsiapa yang menggapai keridhaan Allah saat manusia tidak suka, maka Allah cukupkan dia dari beban manusia.
وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ وَكَلَهُ اللَّهُ إِلَى النَّاسِ
Dan barangsiapa yang meraih keridhaan manusia dengan kemurkaan Allah, maka Allah akan serahkan dia bergantung pada manusia…”
(Shahih, HR. at-Tirmidzi: 2414, Ibnu Hibban: 276)
Jadikan ketentuan Allah sebagai acuan.
Bukan karena sungkan ga' enakan.
Paman Nabi shallallahu 'alahi wasallam tidak jadi masuk Islam karena ga' enakan terhadap kaumnya.
Ingatlah...
Kita sendiri yang akan bertanggung jawab atas setiap amal perbuatan.
Bukan mereka yang kita jadikan ga' enakan...
@sahabatilmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar