12.19.2014

Kecewa tak harus marah



Pagi hari..
Anak sekolah, belum juga siap, kecewa marah..

Siang hari..
Bertemu relasi, ada ketidaksesuaian, kecewa marah...

Sore hari..
Kembali ke rumah, rumah masih berantakan, kecewa marah...

Malam hari..
Hendak beranjak ke pembaringan, tak jua bisa memejamkan mata, kecewa marah..

Apakah seluruhnya harus diakhiri dengan amarah..?

A. Cukup Ekspresi Wajah.

Abu Said al-Khudri radhiyallahu 'anhu menuturkan,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشَدَّ حَيَاءً مِنْ الْعَذْرَاءِ فِي خِدْرِهَا وَكَانَ إِذَا كَرِهَ شَيْئًا عَرَفْنَاهُ فِي وَجْهِهِ

“Rasulullah orang yang sangat pemalu, lebih pemalu dari gadis dalam pingitan.

Apabila beliau tidak menyukai sesuatu, kami bisa mengetahuinya pada raut wajah beliau..” (HR. al-Bukhari: 6119, Muslim: 2320)

Cukup perubahan wajah, tanpa harus umbar amarah.

B. Kuat Hebat.

Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam bersabda,

لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ

"Bukanlah orang yang kuat itu ia yang pandai bergulat.

Tetapi orang yang kuat yaitu ia yang mampu mengendalikan diri tatkala marah..."

(HR al-Bukhari: 6114, Muslim: 2609)

Bukan karena tak mampu membalas...

Tidak juga sebab ia lemah..

Namun ia menahan marah berharap pahala dan surgaNya.

Kecewa tak harus marah khan...?

@sahabatilmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar