12.03.2014

Gue-elo bertransformasi ana-anti


 Kisah ini dimulai dari seorang miba yang merantau kuliah di jogja. Jeng…jeng…
----
Tahap adaptasi kost dan sekitarnya
Pemilik kost memiliki panggilan mbah kost dengan gaya bicaranya yang khas jawa  medok , hhehe. Mbah kost yang akhirnya mengajarkan beberapa kosa kata dalam bahasa jawa yang umum digunakan. Untuk menunjukan lokasi suatu tempat, orang jogja tidak menggunakan istilah kanan, kiri, depan belakang, semua ditunjukan dengana arah mata angin, ngalor, ngidul, ngetan. Kosa kata lain yang diajarkan yang umumnya digunakan dalam transaksi jual beli. Tentus saja setelah mendapat ilmu kosa kata sakral tentang jual beli, tempat adaptasi selanjutnya adalah warung makan sekitar kost. Pilihan jatuh pada warung makan tegal (warteg) dengan aneka lauk pauk yang menjadi daya tarik dengan pamphlet “harga mahasiswa”.
 Sensasi perjumpaan awal dengan pemilik warteg penuh dengan tawa, khususnya dari diri sendiri. Walaupun pemilik warteg gak bermaksud menghibur, tapi ngapak yang natural lebih terlihat seperti pertunjukan komedi srimulat, whehehee.


Penyesuaian lingkungan kampus
Di kampus lebih banyak arus bahasa dari berbagai daerah. Sepetak kampus dengan sensasi atsmosfir Indonesia raya, wow!. Paling menarik perhatian yaitu pengucapan kepemilikan gue-elo diucapkan segelintir orang dibanding aku-kamu. Berkebalikan total dengan lingkup sekolah dulu. Kata aku-kamu merupakan bahasa nyastra puitis yang digunakan kaum teater. Di lingkup kampus jika mendengar ada yang fasih mengunakan gue-elo, seperti bertemu saudara serumpun.
Penyesuaian di kampus akhirnya mengharuskan gue-elo bertransformasi ­saya-kamu. Itu terjadi akibat mereka tidak nyaman mengobrol ketika kata ganti kepemilikan yang digunakan gue-elo. Imbasnya terbawa  saat reuni SMA. Bagi yang tidak terkontaminasi dengan aku-saya-kamu-an, menghilangkan gue-elo lebih terlihat sedang diskusi ilmiah.

Tahun berganti hidayah menyapa
Semenjak terbiasa mendengar kajian dan belajar bahasa arab, secara alami bertambah kosa kata bahasa arab yang sering digunakan. Perlahan tapi pasti akhirnya saya-kamu berubah menjadi ana-anti.
Komentar perubahan kata ganti kepemilikan datang dari teman sekolah dan kampus. Kata yang dianggap biasa oleh santri ma’had menjadi asing ditelinga mereka, seperti afwan (maaf banget), thoyib (baik), jazaakillah khoiron (semoga allah membalas kebaikan kamu).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar