Kisah ini dimulai dari seorang miba yang merantau kuliah di jogja.
Jeng…jeng…
----
Tahap adaptasi kost dan sekitarnya
Pemilik kost memiliki panggilan mbah kost dengan gaya bicaranya yang khas jawa medok
, hhehe. Mbah kost yang akhirnya
mengajarkan beberapa kosa kata dalam bahasa jawa yang umum digunakan. Untuk
menunjukan lokasi suatu tempat, orang jogja tidak menggunakan istilah kanan,
kiri, depan belakang, semua ditunjukan dengana arah mata angin, ngalor, ngidul, ngetan. Kosa kata lain
yang diajarkan yang umumnya digunakan dalam transaksi jual beli. Tentus saja
setelah mendapat ilmu kosa kata sakral tentang
jual beli, tempat adaptasi selanjutnya adalah warung makan sekitar kost.
Pilihan jatuh pada warung makan tegal (warteg) dengan aneka lauk pauk yang
menjadi daya tarik dengan pamphlet “harga mahasiswa”.
Sensasi perjumpaan awal dengan
pemilik warteg penuh dengan tawa, khususnya dari diri sendiri. Walaupun pemilik
warteg gak bermaksud menghibur, tapi ngapak yang natural lebih terlihat seperti
pertunjukan komedi srimulat, whehehee.
Penyesuaian lingkungan kampus
Di kampus lebih banyak arus bahasa dari berbagai daerah. Sepetak
kampus dengan sensasi atsmosfir Indonesia raya, wow!. Paling menarik perhatian yaitu pengucapan kepemilikan gue-elo diucapkan segelintir orang
dibanding aku-kamu. Berkebalikan
total dengan lingkup sekolah dulu. Kata aku-kamu
merupakan bahasa nyastra puitis yang
digunakan kaum teater. Di lingkup kampus jika mendengar ada yang fasih
mengunakan gue-elo, seperti bertemu
saudara serumpun.
Penyesuaian di kampus akhirnya mengharuskan gue-elo bertransformasi saya-kamu.
Itu terjadi akibat mereka tidak nyaman mengobrol ketika kata ganti kepemilikan yang
digunakan gue-elo. Imbasnya
terbawa saat reuni SMA. Bagi yang tidak
terkontaminasi dengan aku-saya-kamu-an, menghilangkan
gue-elo lebih terlihat sedang diskusi
ilmiah.
Tahun berganti hidayah menyapa
Semenjak terbiasa mendengar kajian dan belajar bahasa arab, secara
alami bertambah kosa kata bahasa arab yang sering digunakan. Perlahan tapi
pasti akhirnya saya-kamu berubah
menjadi ana-anti.
Komentar perubahan kata ganti kepemilikan datang dari teman sekolah
dan kampus. Kata yang dianggap biasa oleh santri ma’had menjadi asing ditelinga mereka, seperti afwan
(maaf banget), thoyib (baik), jazaakillah khoiron (semoga allah membalas
kebaikan kamu).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar