12.03.2017

PRIORITAS

Bismillah

Hari ini full merenung seharian di kamar (Ceileh galau beud dah..) kegiatan favorit liburan yah gini, mungkin karena masa remaja dulu kalau libur gak pernah di rumah, jadi sekarang bosan kalau mau keluar. Lagian mau kemana, shoping? (lah iyaak kayak banyak duit), jalan ke alam?(aah capek.. ). Kawan tau kan, jilbab yang saya pakai ini kedombrang sampai lutut, dan engep ditambah cadar. So, kamar merupakan tempat ternyaman, bukankah ada hadist yang mengatakan bahwa sebaik-baik wanita itu yang betah dirumahnya. Yippi!! (Aku…aku). Kegiatan liburan baca buku, main hape, diselingi nambah hafalan. Ditambah beresin kamar. Aaah rasanya kangen bersantai di ruangan 4x3 meter ini.
Rencana berangkat kajian pupus karena hujan rintik, dikit sih tapi rasanya Alqur’an manggil minta ditambah hafalan. Yaudah, selagi semangat why not!. Kajian ahad ini ust. Abu Isa yang sudah saya khatamkan ketika dauroh di pogung. Selama seminggu full dauroh aqidah dan tauhid sekaligus ujian ma’had ‘ilmi. Kajian kitab seharian, ngantuk sih jelas, tapi seneng dari pada di kampus.
Ngomongin tentang kampus, jadi teringat s-2 saya yang gak jelas. Dahulu saya niat dari semenjak SMA bercita-cita menjadi professor wanita. Dulu sih pikirannya lugu, menghasilkan uang dengan modal otak encer, Hehe. Seiring berjalannya waktu, cita-cita itu mulai pudar.
Semakin lama mendalami Islam semakin tau hakikat sebenarnya wanita. Akhirnya s-2 saya terseok-seok. Sempat akan berhenti, tapi kasian ortu. Selain itu di kajian ustadz di wisma muslimah bercerita:
“ jika memang anti mau meninggalkan bangku kuliah dengan alasan ingin mempelajari islam, silahkan. Anti harus serius dan mencontoh seperti ustadz Firanda, yang rela banting setir dan bisa masuk ke Universitas Madinah. Tapi kalo anti keluar kuliah lalu luntang-lantung nggak jelas, lebih baik jangan. Ingat, ada orang tua dibalik perjuangan anti selama ini, ada keringat mereka yang mencari rupiah, ada harapan. Terlebih masuk ugm ini bukan hanya iseng, ada perjuangan ribuan pendaftar sehingga anti yang terpilih. Allah memilih anti masuk ugm bisa jadi akan memberikan hidayah. Tahan saja kalau memang di kampus ikhtilat dsb, yang penting anti tetap berprestasi dan jangan lupa istiqomah. Insyaa allah, akan dimudahkan oleh Allah”.
Jleb, jeleger, jeleduk, mungkin kalau ada animasi seperti di tv akan ada gambar petir menyambar.
Alhamdulillah s2 saya selesai, walau dengan 6 semester. Aah selow aja, cuma beda satu semester dari teman lain, kalau teman lain lulus 5 semester, saya nambah satu semester, meski jadi bahan guyon bukan mahasiswi s-2 tapi d-3. Setelah lulus saya merasa buntu, entah mau kemana. Di kampus sudah ditawari untuk magang beberapa semester, tapi apa daya orang tua meminta anak gadisnya ini untuk pulang ke kampung halamannya di ujung barat pulau jawa. Sekiranya bisa bantu di rumah.
Kerja di industri sih udah jadi blacklist paling atas, alias ogaah. Walaupun tenaga perempuan dibutuhkan, tapi rasanya gak pantas seorang muslimah yang sudah tau ilmu tentang ikhtilath bekerja disana.
Beberapa bulan di masa pengangguran saya isi dengan kursus menjahit. Lumayan bisa jahit baju dan celana sederhana. Meskipun hasilnya miring-miring tapi masih bisa kepake lah..hhe, hee..
Gak lama dapat kabar dari teman di Jogja untuk mencoba ke yayasan pendidikan sunnah di Cilegon. Dicobalah contacs mereka. Ini sih sebenarnya sebagai pelampiasan dari pada nganggur dirumah buntu gaktau mau ngapain. Balik ke Jogja gak mungkin juga.
Senang bisa jadi bagian pengajar sekolah sunnah. Awalnya semua terasa indah (Ciee..).
Namun, Ada hal yang mengusik yaitu ketika dipaksa untuk berinteraksi dengan instansi pendidikan lain yang mewajibkan sertifikasi atau apalah itu. Bukan karena saya gak mampu, tapi saya merasa gak nyaman ketika berinteraksi dengan lawan jenis. Selain itu, ketika mengurusi administrasi seolah waktu saya terbuang setengahnya untuk kehidupan dunia. Hmm, bahkan kajian rutin sore hanya sisa tenaga. Padahal ilmu agama itu harus diatas segalanya, bukan sebaliknya menjadikan ilmu agama sisa tenaga kita.
Beberapa rekan kerja berbicara tentang sertifikasi, ukg, dll.. aduh,, saya sih gak kepikiran hal seperti itu. Kalau memang tujuannya materi, sudah cukuplah honor UMR ini. Kalau kesetaran pekerja buat apalah, saya gak ngerasa pengen disejajarkan dengan para pekerja berlabel p*s. Bahkan dengan kuliah s-2 udah membuat saya cukup menyesal karena waktu ngajinya keambil setengah dengan alasan kuliah.
Dahulu berpikir yang sudah yaah sudah. Maksudnya sudah cukup berkutat dengan ilmu dunia dan mengejarnya.  Tapi ternyata sekarang seperti ini lagi. Karir dunia itu sudah malas saya pikirkan. Biar saja lah... hmm kedepannya saya paham apa pilihan yang harus saya ambil. IRT wanna be, why not?.


ps: gak semua sih kegiatan kampus itu jenuh. ada hal yang dirindukan, seperti nongkrong seharian diperpustakan untuk belajar. Itu tempat beneran untuk isolasi kalau mau belajar. Aah betah deh perpustakaannya FT UGM, the best..  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar