Bismillah
Hari ini full
merenung seharian di kamar (Ceileh
galau beud dah..) kegiatan favorit liburan yah gini, mungkin karena masa remaja dulu kalau libur gak pernah di rumah, jadi sekarang bosan
kalau mau keluar. Lagian mau kemana, shoping? (lah iyaak kayak banyak duit), jalan ke alam?(aah capek.. ). Kawan tau kan,
jilbab yang saya pakai ini kedombrang sampai
lutut, dan engep ditambah cadar. So, kamar merupakan tempat ternyaman, bukankah ada hadist yang mengatakan bahwa sebaik-baik
wanita itu yang betah dirumahnya. Yippi!! (Aku…aku). Kegiatan liburan baca buku, main hape, diselingi nambah hafalan. Ditambah beresin kamar. Aaah rasanya kangen bersantai di ruangan 4x3 meter ini.
Rencana berangkat kajian pupus karena hujan rintik, dikit sih tapi rasanya Alqur’an manggil
minta ditambah hafalan. Yaudah,
selagi semangat why not!. Kajian ahad
ini ust. Abu Isa yang sudah saya khatamkan ketika dauroh di pogung. Selama
seminggu full dauroh aqidah dan
tauhid sekaligus ujian ma’had ‘ilmi. Kajian kitab seharian, ngantuk sih jelas, tapi seneng dari pada di kampus.
Ngomongin
tentang kampus, jadi teringat s-2 saya yang gak
jelas. Dahulu saya niat dari semenjak SMA bercita-cita menjadi professor
wanita. Dulu sih pikirannya lugu,
menghasilkan uang dengan modal otak encer, Hehe. Seiring berjalannya waktu, cita-cita itu mulai pudar.
Semakin lama mendalami Islam semakin tau hakikat sebenarnya
wanita. Akhirnya s-2 saya terseok-seok.
Sempat akan berhenti, tapi kasian ortu. Selain
itu di kajian ustadz di wisma muslimah bercerita:
“ jika memang anti
mau meninggalkan bangku kuliah dengan alasan ingin mempelajari islam, silahkan.
Anti harus serius dan mencontoh seperti ustadz Firanda, yang rela banting setir
dan bisa masuk ke Universitas Madinah. Tapi kalo anti keluar kuliah lalu
luntang-lantung nggak jelas, lebih baik jangan. Ingat, ada orang tua dibalik
perjuangan anti selama ini, ada keringat mereka yang mencari rupiah, ada
harapan. Terlebih masuk ugm ini bukan hanya iseng, ada perjuangan ribuan pendaftar
sehingga anti yang terpilih. Allah memilih anti masuk ugm bisa jadi akan
memberikan hidayah. Tahan saja kalau memang di kampus ikhtilat dsb, yang
penting anti tetap berprestasi dan jangan lupa istiqomah. Insyaa allah, akan
dimudahkan oleh Allah”.
Jleb, jeleger, jeleduk, mungkin kalau
ada animasi seperti di tv akan ada gambar petir menyambar.
Alhamdulillah s2 saya selesai, walau dengan 6 semester. Aah selow aja, cuma beda satu semester
dari teman lain, kalau teman lain lulus 5 semester, saya nambah satu semester,
meski jadi bahan guyon bukan
mahasiswi s-2 tapi d-3. Setelah
lulus saya merasa buntu, entah mau kemana. Di kampus sudah ditawari untuk
magang beberapa semester, tapi apa daya orang tua meminta anak gadisnya ini untuk
pulang ke kampung halamannya di ujung barat pulau jawa. Sekiranya bisa bantu di
rumah.
Kerja di industri sih
udah jadi blacklist paling atas,
alias ogaah. Walaupun tenaga
perempuan dibutuhkan, tapi rasanya gak pantas
seorang muslimah yang sudah tau ilmu tentang ikhtilath bekerja disana.
Beberapa bulan di masa pengangguran saya isi dengan kursus
menjahit. Lumayan bisa jahit baju dan celana sederhana. Meskipun hasilnya miring-miring tapi masih bisa kepake lah..hhe, hee..
Gak lama dapat
kabar dari teman di Jogja untuk mencoba ke yayasan pendidikan sunnah di Cilegon.
Dicobalah contacs mereka. Ini sih sebenarnya sebagai pelampiasan dari
pada nganggur dirumah buntu gaktau mau ngapain. Balik ke Jogja gak mungkin
juga.
Senang
bisa jadi bagian pengajar sekolah sunnah. Awalnya semua terasa indah (Ciee..).
Namun, Ada
hal yang mengusik yaitu ketika dipaksa untuk berinteraksi dengan instansi
pendidikan lain yang mewajibkan sertifikasi
atau apalah itu. Bukan karena
saya gak mampu, tapi saya merasa gak nyaman ketika berinteraksi dengan
lawan jenis. Selain itu, ketika mengurusi administrasi seolah waktu saya
terbuang setengahnya untuk kehidupan dunia. Hmm,
bahkan kajian rutin sore hanya sisa tenaga. Padahal ilmu agama itu harus diatas
segalanya, bukan sebaliknya menjadikan ilmu agama sisa tenaga kita.
Beberapa rekan kerja berbicara tentang sertifikasi, ukg, dll.. aduh,,
saya sih gak kepikiran hal seperti
itu. Kalau memang tujuannya materi, sudah cukuplah
honor UMR ini. Kalau kesetaran pekerja buat apalah, saya gak ngerasa pengen disejajarkan dengan para pekerja
berlabel p*s. Bahkan dengan kuliah s-2 udah membuat saya cukup menyesal karena
waktu ngajinya keambil setengah
dengan alasan kuliah.
Dahulu berpikir yang sudah yaah sudah. Maksudnya sudah cukup berkutat dengan ilmu dunia dan
mengejarnya. Tapi ternyata sekarang seperti
ini lagi. Karir dunia itu sudah malas saya pikirkan. Biar saja lah... hmm kedepannya saya paham apa pilihan yang harus saya ambil. IRT
wanna be, why not?.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar