5.23.2013

Seterjun Air Mata Untuk Para Pendamba


Di antara mereka yang menampilkan koleksi kitab-kitab tebalnya, berbahasa Arab dan bersaratkan ilmu syariah, kebanyakannya disebabkan dua:

[1] Rasa syukur, baik itu syukur telah dikaruniai oleh Allah kemampuan memahami bahasa Arab, atau syukur telah dikaruniai oleh Allah kitab-kitab.

[2] Memotivasi kawannya, baik kenal atau tidak, yang belum mampu memahami Arabic, untuk memulai belajar bahasa Arab. Minimal: mampu membaca dan memahami.

Anda akan iri sejadi-jadinya, atau bahkan galau separah-parahnya, ketika melihat teman di Facebook memajang kitab-kitab Arabic. Bahkan, bisa jadi Anda akan marah dan kecewa pada diri sendiri. Kegalauan ini layak ada. Dan semoga benar-benar menjadi pencetus untuk memulai belajar bahasa Arab. Maka berjalanlah selama ada kesempatan dan jangan diam sambil mendamba; karena ditakutkan iri berubah menjadi dengki, kecewa berubah menjadi takdir disalah-salahi. Jangan lagi bertanya, 'Mengapa dahulu aku tidak begini dan begitu?!' Namun, tanyakan sekarang, 'Apa aku masih saja begini sehingga tak bisa begitu?!'

Anda akan iri sesumat-sumatnya ketika mendapati teman dekat Anda, yang 2 tahun belakangan ini tekun belajar bahasa Arab, sudah mampu. Dan Anda? Masih berjalan di tempat atau bahkan kian mundur dan ciut minder karena kalah jauh dengan teman dekat.

Kami menginginkan Anda mampu memahami kitab-kitab, terutama kitab Allah yang agung nan mulia. Bukan berarti kami menginginkan Anda ciut diri, menggalau dan tersudutkan. Sungguh tidak! Justru, kami menginginkan apa yang kami miliki dari kelebihan juga Anda miliki.

Jika memang versi terjemahan sudah mencukupkan, maka baiklah. Segala adalah pilihan, dan tiapnya berkonsekuensi. Namun, saudaraku, jika ada sempatnya dan luang masanya belajar bahasa Arab, bersegeralah. Terutama sekali bagi yang belum menikah. Masih punya waktu dan kesempatan besar. Ketika sudah menikah dan berkeluarga nanti, semakin sempit kesempatan. Dan biarlah menyesal kini mengapa dahulu tak masuk pondok namun mulai berusaha membalik keadaan dari ketidakmampuan menjadi mampu, dibanding menyesal di masa nanti, kala segala keadaan hampir mustahil dibalikkan. 

Wahai, saudaraku, jika Anda nanti sudah mampu -setidaknya- memahami kitab Arabic -meski tidak sempurna-, akan terasa sekali berkahnya.
Wahai, saudaraku, jika Anda meniatkan belajar bahasa Arab sedari awal untuk memahami Al-Qur'an, As-Sunnah dan warisan para ulama, berkahnya akan terasa. Demi Allah, berkahnya akan terasa.

Maka, mulailah raih kesempatan selama ada tersisa. Pintu masih terbuka. Jika Anda -yang masih muda- berkata, 'Bahasa Arab bukanlah neraca kesalihan', maka kami katakan bahwa bahasa Arab bisa menjadikan ilmu mengalir sederas air terjun menuju Anda. Dan insya Allah, semakin banyak ilmu, semakin shalih. Insya Allah.

Ada beberapa kawan-kawan, para mahasiswa dan mahasiswi yang mulai belajar bahasa Arab. Sebagian mereka cukup kecewa karena dipertanyakan oleh teman-teman satu 'manhaj' nya, 'Ngapain ngampus di kampus sekuler?!' Mereka kecewa sekali. Namun, di beberapa sisi, mereka lebih bersemangat. Lihat mereka berkali-kali terjatuh dalam kesalahan kala belajar kosakata dan pembentukan kalimat. Kasihan. Namun, mereka sedang berjalan. Setidaknya, mereka telah berusaha.

YA! Setidaknya, berusahalah!

Saudaraku, tidak segala yang terharap akan terpenuhi. Adakalanya Anda mendambakan kemampuan bahasa Arab, lalu memulai dan mentargetkan 2 tahun ke depan sudah bisa baca kitab Arabic tanpa bantuan kamus. Targetnya 2 tahun ke depan sudah bisa baca Utsul Tsalatsah tanpa bantuan kamus, atau Jaami' Al-Uluum wa Al-Hikam karya Ibnu Rajab, atau bahkan Fathul Bary! Masya Allah!

Ya, adakalanya Anda mentargetkan dan mendambakan itu, namun Allah berkehendak lain. Ternyata nyatanya Anda tidak bisa melunasi target dan mengobati damba. Anda masih kesulitan dan terbata-bata. Bahkan 4 tahun berlalu, Anda tetap kesulitan. NAMUN, saudaraku, jangan berlarut dalam pilu! Anda selama 2 hingga 4 tahun telah berusaha! Anda telah berusaha! Dan niat Anda shalihah. Allah Maha Tahu isi hati manusia.

Saudaraku, biar harapan tak tergapai dan asa tak tercapai, namun proses pendakian yang sulit itu Anda baitkan dengan keteguhan niat yang ikhlas dan jerih yang membekas, ketahuilah, Allah meridhai hamba-Nya yang ikhlas dan berupaya. Anda bisa lebih baik dibanding saudara-saudara yang dipermudah dan mampu belajar bahasa Arab namun justru dipakai untuk kesesatan dan pembenaran terhadap kesesatan. Betapa amalan kecil bisa mengagung disebabkan niat yang agung dan betapa amalan agung bisa mengecil atau bahkan tak berbekas atau bahkan mendosa disebabkan niat yang menyimpang.

Saudaraku, ingatkah ketika Anda membaca suatu kitab terjemahan pagi itu dan berhasil menghabiskan lebih dari 10 halaman dalam satu masa? Apa yang Anda rasakan? Indah sekali. Indah sekali. Anda akan merasa betapa sempitnya isi kepala Anda dan betapa luasnya ilmu membahana. Anda akan bersyukur pada Yang Maha Kuasa atas kemampuan memahami tulisan-tulisan itu. Sekarang, bayangkan jika di sisi telah tersedia 10 kitab Arabic dan Anda mampu membaca tiap-tiapnya. Bayangkan.

Tiada manusia kecuali berawal dari ketidakmampuan.

Jikalau ada kemampuan, minimal adalah kemampuan bernafas. Dan bernafas adalah kewajiban setiap makhluk hidup. Maka, tiada beda antara manusia dan hewan.

Jikalau ada kemampuan lain yang lebih, minimal adalah kemampuan menangis. Dan menangis adalah keniscayaan setiap manusia, di awal lahirnya, maupun sepanjang hayatnya. Pasti pernah menangis. Maka, apa bedanya?

Jikalau ada kemampuan berbahasa, minimal adalah kemampuan berbahasa ibu. Dan semua manusia berbahasa sebagaimana yang diajarkan sang ibu tercinta. Maka, di mana letak bedanya?

Jikalau ada kemampuan berbahasa Arab sejak kecil, itu adalah orang Arab. Ibu-ibu di tanah Arab mengajarkan karena itu bahasa mereka. Lalu, apa bedanya dengan ibu-ibu di tanah selain tanah Arab yang mengajarkan bahasa setempat karena memang itulah bahasa yang diperlukan?

NAMUN, beda jika seseorang -baik itu masih kecil atau besar- belajar bahasa Arab, bermula dari ketidakmampuan menuju kemampuan, diniatkan untuk memahami Kalam Allah dan Kalam Ar-Rasul serta ilmu dunia-akhirat. Dengan niatnya saja, ia sudah mendapat satu kemuliaan. Kegagalan dan kesalahan yang diperbuat dalam belajar adalah kewajaran yang mengantarkannya menuju kemampuan.

Jikalau ada manusia yang sebelumnya memahami bahasa Arab, namun karena pergaulan atau kesibukan kerja, semuanya terlupakan dan tidak berbekas, maka sungguh kerugian yang teramat nyata. Jikalau mampu, ingin sekali kami memindahkan kemampuan lamanya menuju jiwa anak-anak muda yang berharap bisa baca kitab Arabic.

Mulailah muliakan diri Anda dengan perlahan belajar bahasa Arab.

Namun, ketika nanti baru berbulan atau setahun sudah belajar, jangan posisikan diri seolah-olah sudah mampu ini dan itu. Merasa pintar dan merasa mampu membuka atau membaca kitab ini dan itu. Lalu, berlari menuju pembahasan-pembahasan berat, baik dalam ranah aqidah, maupun fiqh, dengan alasan: 'Aku tak ingin berlarut begini dan berlama begini.' Guru-guru Anda juga pernah merasakan tahap 'sok tahu' dan 'sok bisa'. Dan ternyata, kesoktahuan berpotensi menjatuhkan. Bersabarlah dalam belajar. Ketergesaan sebabkan keterpelesetan. Siapa yang tergesa-gesa, ia akan mudah terjatuh dengan sedikit senggolan. Namun, siapa yang bersabar dan tetap tekun, ia akan memanen kebahagiaan tepat pada masanya.

~Hasan Al-Jaizy~ via ummu fahrida


Tidak ada komentar:

Posting Komentar