Islam agama yang diturunkan oleh Allah
memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat. Islam bukan agama yang arogan, Islam
bukan agama yang menganjurkan sikap-sikap yang ekstrim dan lainnya. Islam
memberikan kepada kita bagaimana tata cara yang terbaik dalam menyikapi
berbagai peristiwa dan kejadian. Diantara tata cara terbaik bagaimana
mengingkari kemungkaran.
Islam adalah agama yang mengajari kepada
kita mengingkari kemungkaran dengan perkataan yang lembut. Islam memerintahkan
agar kita berbuat baik.
Allah
tidak melarang kalian dari orang-orang kafir yang tidak memerangi kalian dalam
agama kalian dan tidak mengusir dari negri-negri kalian. Agar kalian berbuat
baik kepada mereka dan bersikap adil kepada mereka. Sesungguhnya Allah cinta
kepada orang-orang yang adil.
Bagaimana indahnya islam mempergauli
orang-orang kafir yang ada dalam lindungan pemerintah, agar dihormati
hak-haknya.
Rasulullah
mengancam orang yang membunuh orang kafir dalam perjanjian dengan kaum
muslimin, makan dia tidak akan mencium bau surge.
Islam
mengajarkan kita agar berlemah lembut dan berkasih sayang..
Syaikhul
islam ibnu taimiyah r.a menukil perkataan sufyan atsauri r.a:
Mengenai
Syarat orang yang mengingkati kemungkaran. Hendaklah orang yang mengingkari
kemungkaran mempunyai tiga sifat.
1. Berilmu
terhadap yang ia larang.
Barangkali ia mengingkari sesuatu yang
tidak mungkar.
2.
Sabar
karena mengungkari kemungkaran butuh
kesabaran tidak mungkin mengingkari langsung mengikuti kemauan kita.
3.
hendakalah bersifat lemah lembut
Boleh mengingkari kemungkaran dengan
kekerasan, tetapi dengan syarat menurut ulama yaitu yang melakukan pemerintahan
atau penguasa.
Rasulullah
bersabda:
“siapa yang melihat diantara kalian
kemungkaran, hendaklah ia mengingkari dengan tangannya (kekuasaan)”
kekuasan
maksudnya; masyarakat umum tidak diperkenankan untuk mengingkari kemungkaran
dengan tangannya, karena mudhorotnya lebih besar dari manfaatnya. Sebagaimana
yang kita lihat di zaman saat ini, berapa banyak pemuda-pemuda yang begitu
semangat mengingkari kemungkaran. Akan tetapi tidak didasarkan karena ilmu,
tidak dibimbing oleh ulama. Yang ada ialah orang-orang yang sebatas semangat
dan di ulamakan. Akhirnya ketika mengingkari kemungkaran bukan menimbulkan
maslahat akan tetapi semakin rusak citra islam.
Itulah
yang dibimbing oleh Islam dan ulama kita, mengingkari kemungkaran bukan dengan
sikap brutal akan tetapi mengingkari kemungkaran ialah penuh dengan kasih
sayang.. tujuan kita agar dia mendapat hidayah dari Allah, bukan menjadikan
orang semakin jauh dan lari dari pada islam ini dari hidayah yang hak ini.
Sebuah
contoh dari seorang ulama besar syaikhul islam ibnu taimiyah r.a
Ketika
ia melewati beberapa teman-temannya, tentara tar-tar yang mabuk-mabukan. Maka
teman-teman syaikhul islam ingin mengingkari kemungkaran yang dilakukan oleh
tentara tar-tar ini. Maka syaikhul islam berkata “biarkan mereka mabuk, jangan
kalian ingkari. Sebab kalau mereka mabuk mereka akan tertahan dari membunuh
kaum muslimin. Tapi kalau kalian ingkari, yang ada adalah pertumpahan darah dan
akhirnya kaum muslimin akan ditumpahkan darahnya dan ini mudhorotnya jauh lebih
besar”.
Oleh
karena itu, ketika para ulama menyebutkan tentang bagaimana mengingkari
kemungkaran terhadap orang-orang fasik.
Ketika
ibnu hajar r.a meyebutkan derajat jihad, beliau berkata:
“ Jihad itu adalah yang pertama jihad
melawan jiwa, yang kedua jihad melawan syaitan, yang ketika jihad melawan
orang-orang fasik, dan yang ke empat jihad melawan orang-orang kafirin”.
Jihad
melawan orang fasik, yaitu dengan cara mendakwahi mereka bukan dengan kekerasan.
Karena kekerasan adalah hanya milik penguasa. Mereka yang mengingkari dengan
kekerasan, seperti dahulu mengingkari ahlu bid’ah, yang melakukan adalah
pemerintahan.
Akhirnya
kita mohon kepada Allah, agar Allah memberikan bimbingan kepada kaum muslimin.
Agar tidak melakukan sikap-sikap yang mengotori citra Islam itu sendiri.
Kewajiban kita umat Islam, sampaikan Islam dengan penuh keindahan, sampaikan
Islam kepada manusia bahwa Islam adalah agam yang penuh rahmat dan kasih
sayang…
Dirangkum dari kajian Ustadz Abu Yahya Badrussalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar