Ada
seorang teman yang cerita tentang obsesi dirinya. Ingin menikah dengan pria
sholeh. Obsesi yang bagus, tapi sayangnya saya tidak melihat perubahannya dalam
menjadi sholehah. Di ajak ke majlis ilmu dengan berbagai alasan menolak, bahkan
ada yang beralasan malu menhadiri majlis ilmu karena ilmunya yang dangkal. Ilmu yang dangkal vs malu vs tidak mau
berangkat ta’lim, sebab-akibat yang sangat aneh menurut saya. Bagaimana bisa ia
terobsesi tapi tidak mewujudkan dan berusaha untuk mengubah dirinya terlebih
dahulu?.
ada
lagi seorang teman yang bercerita ingin menjadi dosen demi membanggakan orang
tuanya. Apakah dengan menjadi dosen orang tua bangga?, Bangga dunia sudah
jelas, tapi apa yang dibanggakan di akhirat?.
Ada
juga yang terobesi mengejar akademik yang berlandaskan islam. Korelasi yang
seperti apa yang didapat dari akademik dan islam?, bukankah sudah jelas jika ia
seorang akhwat dengan jilbab besar melambung dalam akademik, kuliah ke luar
negri, atau mengisi seminar sana-sini, belum lagi kerja sama antar pihak dan
petinggi yang dengan bebasnya mengobrol dengan ikhwan ajnabi. Ia mengorbankan
dirinya demi alasan akademik.
Yaah..
beginilah, orang yang sudah bermudah-mudahan dalam perkara dunia.
Obsesinya
hanya sebatas dunia, sedangkan obsesi akhirat dimudahkan.
Muamalah
dengan ikhwan ajnabi tanpa adanya keperluan syar’I pun dihalalkan oleh sebagian
dari mereka sendiri.
Allahul
musta’an.. semoga Allah tidak menjadikan kita termasuk dari mereka yang
bermudah-mudahan dalam urusan dunia.
Aamiin.
@roomsweetroom,
25km Selatan dari merapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar