Beberapa waktu ini saya menemui karaktek orang yang benar-benar buat saya menarik nafas lebih dalam untuk tetap bersabar. Ceritanya, seorang ibu satu putra telepon saya, dengan alasan ingin mengarahkan anaknya untuk masuk ke pondok. Saya tanya ibu yang satu ini,
Ana(Panggilan pelaku
pertama; saya): “Emang alasan ibu mau masukkan anak ibu ke pondok apa?”.
Ibu A: “Yah biar masuk
pondok jadi orang bener, gk nakal, nurut sama orang tua”.
Ana: “Cuma mau begitu
bu, kok gak beda jauh yah kayak ngebuang anaknya untuk di didik sama orang
lain. Emang ibu gak sanggup ngedidik anak ibu sendiri”.
Ibu A: “yah susah lah
dek, dia gak nurut sama ibunya. Makanya ibu mau titipin dia masuk ke pondok”.
Ana: “ Ohh gitu” (dalam
hati bergumam, anak gak nurut sama ibu sendiri kih piye?, didikan kecilnya
gimana toh, sampai berani berontak ke ibu kandungnya sendiri?).
Ibu A: “Jadi kira-kira
anak ibu masuk ke pondok mana yah dek, gak usah yang mahal, standar aja, yang
penting anak ibu jadi berubah”.
Ana: “Kalo pondok
tahfidz di kota P gimana, sudah terkenal kok itu, ustadznya lulusan madinah.
InsyaAllah, bisa hafal 30 juz keluar dari sana. Selain itu akhlaknya juga bisa
diperbaiki karna ustadznya insyaAllah gak mengecewakan”.
Ibu A: “Wah, itu pondok
belajar qur’an aja, gak usah pondok itu dek. Lagian itu pondok baru dibangun
beberapa tahun lalu, kelasnya juga masih sedikit, pelayannya gak ramah,
kurikulumnya aneh, masa iya siang diwajibkan tidur siang. Nanti keluar dari
pondok sakit terus karna kebiasaan tidur siang”.
Ana: (sambil istigfar
dan menahan marah yang bergejolak, ehm) “Ibu, emang gak mau anaknya jadi
hafidzh?, kok yo aneh orang sholeh dimana-mana berlomba untuk mengejar akhirat
ini malah ngejar dunia. emangnya gak bangga kalo anaknya bisa ngehafal
alqur’an. kalo si anak bisa ngehafal alqur’an, insyaallah akhlaknya juga ikut
bagus. Pelayanan yang kurang ramah wajar, ibu kan wanita, jelas penjaganya jaga
jarak sama wanita. Mungkin panitia penerima santri di pondok tersebut baru
lulus, jadi masih belum bisa menyesuaikan komunikasinya. Kurikulumnya gak aneh,
itu emang standar pondok pesantren yang mengedapankan alqur’an, bukan pondok
umum yang biasa ibu temui. Untuk urusan tidur siang itu, gak mungkin sakit. Itu
hadist dari rasulullah untuk disunnahkan tidur siang. Sebuah hadist itu jangan
dicerna pakai akal aja, nurut aja deh nanti juga terbukti sabda dari rasul itu
bermanfaat gk mungkin berdampak negatif. Kita gak tau hikmah yang terkandung
dalam hadist tersebut, yang penting kita nurut dan percaya lah sama rasulullah”.
Ibu A: “Tapi kan
aneh-aneh aja, gak ada pondok semua yang mewajibkan santrinya untuk tidur
siang” (sambil bentak-bentak).
Ana: “Yaudah deh,
terserah aja. Kalau emang gak mau masuk pondok yang disaranin itu yo gak
apa-apa. Apa lagi pondok yang ibu idam-idamkan cuma karna fasilitas yang bagus,
bukan karna ustadznya yang kompeten untuk ngedidik santrinya. Paling nanti
putra ibu lulus dari pondok gak beda jauh dengan sebelumnya, karna memang niat
ibu cuma ingin anaknya jadi baik, bukan untuk mencetak generasi muda hafal
alqur’an sesuai sunnah”.
Ibu A: “Aah biarin aja
deh, dari pada ibu tetep ke pondok P, kurikulumnya aneh $#*#bla..bla..blaa”
(Ujung-ujungnya jadi mencela hadist rasul yang gak isbal lah, berjanggut, gak
da dzikir berjama’ah, bgini bgitu.. heuuhhmmmm).
Pembicaraan akhirnya berakhir dengan sikap si ibu
yang gak mau nerima penjelasan dari saya. Wah, saya jelas sakit hati !!!. bukan
karna si ibu tersebut menolak rekomendasi pondok yang telah saya berikan, tapi
lebih ke pencelaan si ibu terhadap hadist rasul. Astagfirullah……….
Siapa yang gak sedih, ketika anjuran tidur siang
dibilang kurikulum aneh dan buat sakit anaknya kalau tidur siang, aktifitasnya
berkurang.. subhanallah !!!!!. ingin rasanya teriak “ITU HADIST RASULULLAH
SALALLAHU ALAIHI WA SSALAM, JANGAN DIJAWAB PAKAI AKAL!!!”. Tapi si ibu dengan
mudahnya berkomentar itu hanya mengurangi aktifitas siang (baca: sia-sia).
Anjuran rasulullah dengan mudahnya ditolak oleh
akalnya… sedih rasanya ketika saya menulis ulang percakapan dengan si ibu tadi,
dengan mudahnya menyalahkan sunnah rasulullah, hiksssss ..
Semoga suatu saat si ibu tersebut dan orang-orang
diluar sana, diberikan hidayah menyesali kata-kata yang terlontar spontan tadi.
Allahuma aamiin…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar