5.22.2012

On process



Cadar…
Denger kata tersebut rasanya ingin memakainya.. bukan cuma slayer yang biasa dipakai, selama ini kalau saya kajian sebisa mungkin menggunakan slayer dengan warna yang sama dengan jilbabnya.. tapi itu kan cuma sementara, setelah itu kembali melepasnya..
Kadang iri, kalau liat ummahat yang udah pakai jilbab yang bener-bener lengkap dengan cadarnya.. lebih anggun aja ngeliatnya, n pastinya terlindungi dari mata-mata jahil.
Niat sudah tertanam dihati tapi pelaksanaannya masih belum tau kapan.
Apa saya harus menikah dulu baru menggunakan cadar??. Tapi gak harus nikah dulu kan kalau mau bercadar, banyak mba-mba yang belum nikah udah bercadar -_-“. Sekeliling saya pun hanya tau saya menikah yah hanya untuk menikah, menyempurnakan setengah dien. Padahal, saya menikah yah karena saya rindu,,, rindu ingin segera mengenakan pakaian syar’i secara afdol, hijab yang bukan sekedar hijab, tapi hijab yang benar-benar melindungi diri untuk meminimalisir zina mata..
Rasanya aneh, ketika saya kelak menggunakan cadar dan masih berada dilingkungan yang tingka


ikhtilatnya tinggi… Jurusan teknik itu memang dominasi ikhwan.. daaan rasanya juga malu, seorang akhwat dengan cadarnya lebih semangat menuntuk ilmu duniawi disbanding ilmu syar’i.
Aneh,,, iya aneeh bagi saya dan bagi beberapa ummahat.. apa yang saya cari dari ilmu duniawi seperti itu, sedangkan kelak calon suami saya membutuhkan saya untuk tinggal dirumah bukan diluar dengan aktivitas yang seabrek. Ikhwan salaf mana yang rela istrinya diluar dengan kegiatan yang membuka pintu maksiat. Sebisa-bisanya kita menjaga diri, tetep aja ikhwan mana yang rela ??.
Semakin mengkaji ilmu syar’i semakin membelok cita-cita duniawi saya… entah kenapa, sekarang saya paham, enggak ada yang namanya istilah emansipasi wanita. Dulu saya mentah-mentahan menolak kenapa harus laki-laki yang bekerja lebih banyak dari wanita, seolah-olah merendahkan wanita.. sekarang.. saya paham, itu memang kodrat wanita. Alasannya mudah, karena begitu mudahnya wanita mendapatkan pahala dengan taat dan tunduk dengan suami, menjaga diri dan mengurus rumah. Bukannya malah keluyuran, cari kerja, ikut organisasi yang ikhtilatnya luar biasa gak terkendali…
Jadi haruskan saya benar-benar membelokkan tujuan duniawi, ke arah yang lebih diridhoi Allah, dan bukan sekedar memikirkan dunia.. butuh waktu bertahun-tahun untuk akhirnya saya benar-benar ingin membelokkan niat yang sudah tertanam dari kecil. Niat sampai kuliah professor dan mengabdikan ilmu ke daerah-daerah pelosok meratakan pembangunan di Indonesia. Sekarang niat itu seketika berubah dan bertolak belakang…
Saya hanya ingin menimba ilmu akhirat lebih banyak dan mendakwahkannya…
Proses itu sedang berlangsung,  proses dimana saya sedang meyakinkan keluarga untuk bisa menerima saya jika suatu saat saya mengenakan cadar, dan fokus dalam menimba ilmu akhirat………
Am I Ready??  … “on process J
Senin, 21 Mei 2012 @pojok sweet room 11.00pm

3 komentar:

  1. Semoga Allah melancarkan dan memudahkan prosesnya, amiin.

    Btw aku juga mikir kayak gitu mbak, jujur awal masuk jurusan teknik karena pengen kerja di dunia tambang/minyak, jadi waktu itu sangat money oriented. Tapi seiring waktu berjalan, keinginan itu malah pudar.

    Tetap ingin bekerja, tapi proporsi waktu di rumah harus jauh lebih besar, kayak mengajar. Atau malah total bekerja di rumah, mengambil pekerjaan seperti menjahit/dagang baju muslimah, katering, atau menulis buku/editor/translator secara freelance. Pengen punya salah satuu aja keahlian seperti di atas, hihi :D

    BalasHapus
  2. Iyup betul ki,,
    bersyukurlah orang-orang yg sudh mendapat hidayah,,
    rasanya untuk apalah berlarut dengan kesenangan duniawi yg disini kita hanya sementara :(
    mudah2an tetep istiqomah n diberi ksabaran mnghadapi sindiran2 orang yg bilang "sekolah tinggi2 kq jadi ibu rumah tangga or dirumah aja"
    yah yah,, gimana,, di akhirat kan nggk ada ditanyain rumus2 integral dan diferensial.. ^^

    BalasHapus
  3. "Semakin mengkaji ilmu syar’i semakin membelok cita-cita duniawi saya…"
    Uhm... itu juga yang saya alami, dari kecil saya adalah seorang yg gigih memperjuangkan apa2 yg saya ingin raih, hingga meski bukan berasal dari keluarga yg berada dengan modal nekad sy menceburkan diri k dunia pendidikan smp tingkat perguruan tinggi tanpa subsidi orang tua. Pengacara atau seorang diplomat, itu impian saya dari kecil tapi Alhamdulillah setelah agak mengenal ilmu syar'i cita2 itu perlahan tereduce dari pikiran dan usaha saya, semoga Alloh selalu memberiku kekuatan untuk menghalau kencangnya laju pemikiran2 duniawi yg bertentangan dg kaidah syar'i. Benar sindiran2 itu acap masih mudah mearacuni hati utk kembali berorientasi pada hal2 duniawi...

    BalasHapus